Penyakit Saraf Epilepsi


Tentang Penyakit

     Ayan atau epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata “epilepsi” berasal dari bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti “serangan”.

Penyebab Penyakit

     Otak kita terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh kita termasuk perasaan, penglihatan, berpikir, menggerakkan [otot].

     Pada penderita ayan, kadang-kadang sinyal-sinyal tersebut, tidak beraktivitas sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai unsur-unsur, antara lain : trauma kepala (pernah mengalami cedera di daerah kepala), tumor otak, dan lain sebagainya.

     Umumnya ayan mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. Tetapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

Faktor Resiko

1.Usia

Epilepsi biasanya terjadi pada masa awal usia anak-anak dan setelah usia 65 tahun, tetapi kondisi yang sama dapat terjadi pada usia berapapun.

2.Jenis kelamin

Lelaki lebih berisiko terkena epilepsi daripada wanita.

3.Catatan keluarga

Jika anda memiliki catatan epilepsi dalam keluarga, anda mungkin memiliki peningkatan risiko mengalami kejang-kejang.

4.Cedera kepala

Cedera ini bertanggung jawab pada banyak kasus epilepsi. Anda dapat mengurangi risikonya dengan selalu menggunakan sabuk pengaman ketika mengendarai mobil dan menggunakan helm ketika mengendarai motor, bermain ski, bersepeda atau melakukan aktifitas lain yang berisiko terkena cedera kepala.

5.Stroke dan penyakit vaskular lain

Ini dapat menyebabkan kerusakan otak yang memicu epilepsi. Anda dapat mengambil beberapa langkah untuk mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut, termasuk adalah batasi untuk mengkonsumsi alkohol dan hindari rokok, makan makanan yang sehat dan selalu berolahraga.

6.Infeksi pada otak

Infeksi seperti meningitis, menyebabkan peradangan pada otak atau tulang belakang dan menyebabkan peningkatan risiko terkena epilepsi.

7.Kejang-kejang berkepanjangan pada saat anak-anak

Demam tinggi pada saat anak-anak dalam waktu yang lama terkadang dikaitkan dengan kejang-kejang untuk waktu yang lama dan epilepsi pada saat nanti. Khususnya untuk mereka dengan catatan sejarah keluarga dengan epilepsi.

Gejala-Gejala Penyakit Epilepsi

  • Yang paling umum terjadi adalah terjatuh ketika berdiri karena kejang. Hal ini bisa menyebabkan risiko yang lebih parah lagi akibat luka di kepala dan patah tulang.
  • Ketika mengendarai kendaraan, seseorang yang menderita epilepsi bisa tiba-tiba kejang dan mengakibatkan kecelakaan.
  • Tenggelam pada saat berenang karena kejang ketika berenang atau menyelam.
  • Terjadi komplikasi pada saat kehamilan dan melahirkan. Pada saat kehamilan atau kelahiran, bisa saja sang ibu mengalami kejang dan ini berbahaya bagi bayi. Sementara perlu diakui pemberian obat bagi penderita epilepsi bisa meningkatkan resiko cacat janin.

Diagnosis

     Hippocrates adalah orang pertama yang berhasil mengidentifikasi gejala ayan sebagai masalah pada otak, roh jahat, dan sebagainya. Seseorang dapat dinyatakan menderita ayan jika orang tersebut telah setidaknya mengalami kejang yang bukan disebabkan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah. Alat bantu yang digunakan biasanya adalah:
  • MRI (Magnetic resonance imaging) Menggunakan magnet yang sangat kuat untuk mendapatkan gambaran dalam tubuh/otak seseorang. Tidak menggunakan Sinar-X. MRI lebih peka daripada CT Scan.
  • EEG (electroencephalography) alat untuk memeriksa gelombang otak. Prinsip kerja EEG adalah dengan mendeteksi perubahan muatan secara tiba-tiba dari sel neuron yang ditandai dengan adanya interictal spike-and-wave pada hasil EEG. Namun seperti halnya tes penunjang lainnya, tetap dibutuhkan kombinasi data klinis dengan data EEG untuk menegakkan diagnosis epilepsi. Pada 30-50% pasien epilepsi dapat ditemukan A single EEG tracing. Selain penggunaan dalam penegakan diagnosis EEG juga digunakan untuk monitoring pasien post-operasi lesi epileptogenik.

Cara Penanganan/Pengobatan

     Terapi epilepsi secara umum terbagi menjadi 4 jenis yaitu: penggunaan obat anti-epileptik, operasi (eksisi fokus epileptikus), menghilangkan faktor-faktor penyebab yang mendasari epilepsi tersebut, dan meregulasi aktifitas mental dan fisik (jangan stress/terlalu lelah).

     Penggunaan obat anti-epilepsi merupakan metode terapi yang paling penting dalam penanganan pasien epilepsi. Sebanyak 70% dari semua pasien epilepsi, kejang dapat dikendalikan secara menyeluruh/hampir menyeluruh dengan menggunakan obat. Sedangkan 20-25% sisanta mengalami penurunan frekuensi dan keparahan setelah menggunakan obat anti-epilepsi. Umumnya hanya dengan penggunaan 1/2 jenis obat anti-epilepsi dapat mengatasi kejang yang timbul pada pasien epilepsi. Obat-obat anti-epilepsi sendiri memiliki berabagai macam variasi. Berdasarkan ketersediaannya obat epilepsi terbagi menjadi 2. Obat dengan half-lives yang panjang seperti fenitoin, fenobarbital, dan ethosuximide sehingga obat-obat ini cukup dikonsumsi 1 kali sehari. Sedangkan Asam Valproate dan carbamazepine memilik half-lives yang lebih pendek sehingga konsumsinya pun lebih dari 1 kali sehari. Walau sama-sama disebut obat anti-epilepsi akan tetapi setiap obat anti-epilepsi memiliki efektifitas yang berebeda-beda pada tipe kejang tertentu. Penggunaan obat anti-epilepsi pun harus hati-hati dan tidak asal dalam penghentikan konsumsi obat tersebut. Karena penghentian konsumsi obat anti-epilepsi secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan frekuensi kejang/status epileptikus. Berikut ini adalah nama-nama obat yang dipakai untuk menyembuhkan ayan. Semua obat harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter. Carbamazepine, Carbatrol, Clobazam, Clonazepam, Depakene, Depakote, Depakote ER, Diastat, Dilantin, Felbatol, Frisium, Gabapentin, Gabitril, Keppra, Klonopin, Lamictal, Lyrica, Mysoline, Neurontin, Phenobarbital, Phenytek, Phenytoin, Sabril, Tegretol, Tegretol XR, Topamax, Trileptal, Valproic Acid, Zarontin, Zonegran, Zonisamide. Selain dengan obat, ayan juga dapat disembuhkan dengan Ketogenic Diet.

Cara Pencegahan

  • Menjaga kehidupan sehari-hari seperti badan dan pikiran, jangan memikirkan hal-hal yang terlalu berat agar otak tidak menjadi penat. Jangan mengonsumsi alkohol atau teh yang pekat dan jangan makan daging terlalu banyak. Memakan sayur-sayuran dan istirahat yang cukup. Usahakan buang air besar dengan teratur.
  • Jangan melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya sendiri.

No comments:

Post a Comment